Minggu, 23 Mei 2010

Efek Samping Dari Parasetamol dapat merusak paru-paru

Parasetamol memang sangat manjur untuk
menghilangkan rasa sakit kepala, pusing atau
demam. Tapi, dibalik keampuhannya tersebut,
ternyata menyimpan bahaya yang cukup besar
yakni dapat menurunkan fungsi paru-paru.

Hampir setiap obat sakit kepala dan demam yang
dijual secara bebas pasti mengandung
parasetamol, hanya saja kadarnya yang berbeda.
Memang diakui, parasetamol terbukti sangat
efektif untuk menghilang rasa nyeri dalam waktu
singkat.

Meski demikian, jangan gunakan obat ini secara
rutin. Apalagi bagi penderita penyakit asma dan
penyakit paru obstruktif menahun atau chronic
obstructive pulmonary disease (COPD). Karena,
bila obat ini digunakan setiap hari, dapat
menyebabkan penurunan fungsi paru-paru.
Hasil ini berdasarkan data survei yang
dikumpulkan oleh 'Third National Health and
Nutrition Examination Survey' dari tahun 1988-1994
pada sekitar 13.500 orang dewasa di Amerika
Serikat. Mereka semua memberikan informasi
akan obat yang dipakai yaitu Aspirin Parasetamol
dan Ibuprofen.

Dari data survey ini terlihat bahwa mereka yang
menggunakan obat Parasetamol, mengalami
resiko untuk menderita Asma dan COPD yang
lebih tinggi. Dan pada penggunaan Parasetamol
rutin setiap hari atau penggunaan lebih besar,
dihubungkan dengan terjadi penurunan dari fungsi
paru. Sedang pada obat Aspirin dan Ibuprofen,
tidak terlihat adanya gangguan dari paru.

Penelitian yang dilakukan pada hewan, dosis
tinggi dari Parasetamol akan menurunkan kadar
dari salah satu antioksidan yang penting, yaitu
Glutathion, yang ada pada jaringan paru. Jadi,
kemungkinan gangguan paru yang terjadi akibat
pemakaian rutin Parasetamol disebabkan karena
terjadi penurunan Glutathion, yang menyebabkan
peningkatan resiko dari kerusakan jaringan paru
dan peningkatan dari penyakit pernafasan.
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya,
yang menyatakan bahwa penggunaan
Parasetamol dapat meningkatkan resiko yang
berat bagi penderita asma.

Bahaya Parasetamol atau yang disebut juga
Asetaminofen, ternyata tidak hanya menyerang
paru-paru saja, termasuk juga ginjal bila digunakan
dalam waktu yang lama. Kebiasaan menggunakan
Parasetamol, terutama bagi kaum wanita untuk
menghilangkan nyeri seperti pada saat haid, dinilai
sangat membahayakan. Penelitian ini dilakukan
terhadap 1.700 wanita yang diteliti selama lebih
dari 11 tahun, yang mengalami penurunan fungsi
filtrasi ginjal sebesar 30 persen. Dari penelitian
terlihat bahwa wanita yang mengkonsumsi
Parasetamol sebanyak 1.500 - 9.000 butir selama
hidupnya, berisiko untuk mengalami gangguan
ginjal sebesar 64 persen.

Sedangkan untuk mereka yang mengkonsumsi
lebih dari 9.000 tablet, risiko ini meningkat hingga
dua kali lipat. Tapi penelitian ini tidak menunjukkan
adanya hubungan antara gangguan fungsi ginjal
dengan Aspirin atau obat pereda nyeri/inflamasi
lainnya seperti golongan anti inflamasi non-steroid.
Penelitian ini bukan untuk menghentikan
penggunaan Parasetamol. Tapi untuk berhati-hati
dalam menggunakannya untuk jangka panjang.
Selain itu bagi para peneliti, diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk mendapatkan pengobatan lain
dalam mengatasi rasa nyeri, yang tidak berbahaya
bila digunakan untuk waktu yang lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar